Bagaimana Mengenali Disabilitas Pada Anak ??

Pesona Moderato FM Madiun

Bagaimana Mengenali Disabilitas Pada Anak ??

Disabilitas didefinisikan sebagai ketidakmampuan/keterbatasan seorang individu dalam melakukan suatu aktifitas seperti layaknya. Pertanyaan berikutnya, apakah hal tersebut disebabkan oleh disabilitas fisik atau disabilitas intelektual? Disabilitas dapat berupa disabilitas fisik, disabilitas intelektual atau kombinasi keduanya. Disabilitas fisik sangat mudah dikenali, namun disabilitas intelektual (saja) tidak semuanya dapat dikenali dengan kasat mata. Tak jarang dibutuhkan interaksi dalam beberapa waktu, agar mengenali disabilitas intelektual pada individu ini.

Nah, bagaimana nasib penyandang disabilitas intelektual di negara kita? Apakah ada program untuk penyandang disabilitas intelektual berupa fasilitas dan akomodasi seperti program yang diberikan pada individu disabilitas fisik? Padahal individu disabilitas intelektual ini juga bergantung pada orang lain berdasarkan tingkat intelektualnya. Anak yang mengalami disabilitas intelektual akan mengalami kesulitan/ketidakmampuan belajar dikemudian hari.

Menurut International Classification of Disease (ICD-10) dan World Organization Health (WHO), individu disabilitas intelektual ringan (IQ 50-70) sulit berkomunikasi, mampu mandiri hanya di area mengurus dirinya; kemampuan akademik pun hanya sampai di tingkat membaca dan menulis sederhana (seperti kemampuan anak usia kelas 4 SD) dan usia mental saat individu ini dewasa seperti anak berusia 9-12 tahun.

Individu disabilitas intelektual sedang (IQ 35-50) mempunyai kemampuan berbahasa terbatas, butuh bantuan dalam mengurus dirinya, semua pekerjaan membutuhkan supervisi, perilaku aktif, sulit untuk hal akademik dan usia mental saat dewasa seperti usia anak 6-9 tahun. Individu disabilitas intelektual berat (IQ 20-35) hanya mampu berbicara dengan satu-satu kata, biasanya lebih banyak memakai bahasa tubuh, aktifitas membutuhkan bantuan secara keseluruhan, dan usia mental saat dewasa seperti usia anak 3-6 tahun. Individu disabilitas intelektual profound (IQ <20) tidak memahami apapun, ketrampilan dibantu, biasanya ngompol dan usia mental saat dewasa seperti usia anak di bawah 3 tahun.

Mengenali individu penyandang disabilitas dan intervensi sejak dini, akan sangat membantu mengurangi ketergantungan mereka pada orang lain. Biasanya anak disabilitas intelektual yang tidak mempunyai disabilitas fisik, baru disadari oleh orang tuanya saat mereka masuk ke sekolah dasar, dimana mereka tidak mampu membaca dan mengikuti proses pembelajaran lainnya. Sayangnya hal ini sudah terlambat, dimana mereka telah menjadi penyandang disabilitas intelektual yang biasanya level berat, karena tidak tertangani.

Kita bisa membantu membuat mereka lebih baik dengan cara mengenal faktor resiko yang akan mengganggu perkembangan anak sejak lahir sampai usia 2 tahun, yaitu di masa emas perkembangan otak manusia. Faktor resiko gangguan perkembangan sudah dapat diprediksi di bawah usia 2 tahun; ibu yang bermasalah selama kehamilan, penyakit bawaan (kongenital), anak yang mengalami kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, masalah nutrisi (gizi), gangguan pada masa kelahiran (asfiksia, anak tidak menangis saat lahir, kuning saat lahir, dan sebagainya), kejang, sakit berat (infeksi radang otak) dan stimulasi sangat kurang.  Faktor resiko ini dapat mempengaruhi kognitif seseorang. Masa emas (golden periode) pertumbuhan dan perkembangan otak manusia mencapai 80% diusia 2 tahun, sehingga bisa dikatakan intelektual terbentuk maksimal di usia 2 tahun.

Perkembangan anak yang wajib dipantau di usia 0-2 tahun adalah perkembangan motorik, bahasa dan perilaku-sosial. Ilmu perkembangan anak (milestone development) mutlak dikuasai oleh orang tua, sehingga orang tua langsung bisa mengkonsultasikan pada dokter ahli jika menemukan ketidaksesuaian perkembangan anak dengan usianya.

Selain orangtua, ilmu ini juga perlu dikuasai oleh kader puskesmas yang melaksanakan imunisasi,  bidan, perawat, guru sekolah dan juga guru TPA/guru les yang bersentuhan langsung dengan anak usia dini. Asupan gizi di bawah usia 2 tahun juga sangat mempengaruhi kognitif, banyak kasus anak tidak mempunyai faktor resiko saat lahir, namun kognitif tidak mampu berkembang dengan baik dikarenakan asupan gizi kurang/buruk saat di bawah usia 2 tahun. Dan orang tua baru menyadarinya saat anak berusia 3 dan 4 tahun, dimana anak tidak mampu bicara layaknya anak seumurnya.

Perkembangan bahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan kognitif. Menurut banyak literatur, anak yang mengalami gangguan bahasa harus dilakukan pemeriksaan lanjutan di area perilaku dan kognitifnya. Begitu juga sebaliknya. Jika ditemui kemampuan perkembangan tidak sesuai dengan usia kronologisnya, segera konsul ke dokter ahli, akan sangat baik jika ketidaksesuaian ini kita temukan dibawah usia 2 tahun.

Kesenjangan kemampuan perkembangan dengan usia yang sudah terpaut lebih dari 6 bulan, biasanya sudah sulit untuk dikejar, apalagi jika terjadi lebih dari dua area perkembangan.

Dokter Ahli akan menentukan apakah kasus ini bersifat delay atau disorder. Delay mengandung konotasi bahwa area perkembangan yang terlambat dapat disusul. Disorder berarti anak  telah mengalami suatu diagnosis dilandasi suatu patologi yang mungkin bersifat permanen. Melakukan deteksi dini gangguan perkembangan adalah suatu program pencegahan (preventif) yang biasanya dilakukan di negara maju.

Deteksi dini akan memprovokasi untuk dilakukannya intervensi dini, maka kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi anak nanti akan terminimalisir dan keluarga lebih siap dalam menyiapkan semua akomodasi dan fasilitas yang dibutuhkan. Progam preventif akan sangat menghemat biaya keluarga dan negara, dibandingkan kita hanya melakukan program kuratif saja.  Kita bisa meningkatkan kemampuan kemandirian anak dan mengurangi ketergantungannya kepada orang lain di saat dewasa nanti.

 

D A L T A      O Z O R A

SEKOLAH ANAK AUTIS & SPECIAL NEEDS

http://autismadiun.blogspot.com

E-mail: daltozoraHYPERLINK “mailto:ariefbudhisantoso@yahoo.com”@gmail.com

Have your say