Perbedaan Sindrom Asperger dan Autisme

Pesona Moderato FM Madiun

Perbedaan Sindrom Asperger dan Autisme

Sindrom Asperger berada dalam spektrum autisme. Ciri-ciri yang ditunjukkan oleh pengidap Asperger dan autisme sangat mirip, tetapi Asperger dianggap sebagai bentuk autisme ringan. Pengidap Asperger tidak memiliki kesulitan dalam belajar, berbahasa, maupun memproses informasi. Mereka justru biasanya menunjukkan kecerdasan di atas rata-rata, cepat menguasai bahasa dan kosakata baru, serta mampu menghafal berbagai hal dengan detail. Tak seperti kebanyakan kasus orang dengan autisme, mereka yang mengidap sindrom Asperger umumnya bisa menjalani fungsi dan aktivitas sehari-hari dengan baik, meskipun membutuhkan penyesuaian tertentu.

Sindrom ini sudah bisa dideteksi gejalanya sejak anak menginjak usia 3 tahun. Namun, beberapa orang baru akan menunjukkan gejalanya saat memasuki usia sekolah, remaja, bahkan dewasa. Mereka yang mengidap sindrom Asperger mengalami gangguan perkembangan mental. Hal ini mengakibatkan persepsi dan pola pikir yang berbeda dengan orang kebanyakan. Penyebab pastinya belum ditemukan hingga saat ini, tetapi para ahli percaya bahwa pemicunya antara lain faktor lingkungan dan genetik.

Ciri-ciri dan gejala sindrom Asperger

Diagnosis untuk sindrom Asperger bisa ditegakkan setelah dokter atau spesialis melakukan serangkaian tes dengan instrumen tertentu. Namun, umumnya mereka yang mengidap Asperger akan menunjukkan ciri-ciri berikut ini.

Gangguan berkomunikasi

Orang atau anak yang memiliki gangguan Asperger akan menunjukkan kesulitan berkomunikasi. Meskipun kemampuan berbahasa mereka sangat piawai, mereka biasanya mengartikan segala hal secara harfiah atau makna sesungguhnya. Masalahnya, dalam berkomunikasi Anda tentu tak hanya bergantung pada kosakata saja. Anda juga akan menggunakan berbagai ekspresi wajah, nada bicara, gestur tubuh, isyarat, perumpaan, lelucon, dan kode-kode tertentu. Inilah yang menjadi masalah bagi pengidap Asperger. Mereka kesulitan mengartikan serta mengekspresikan hal-hal yang sifatnya abstrak atau bermakna ganda. Orang yang mengidap Asperger juga cenderung memotong pembicaraan orang lain yang dia anggap berputar-putar atau bertele-tele. Dia sendiri biasanya akan berbicara secara lugas dan jujur, bahkan kadang terlalu jujur bagi orang-orang yang tidak memahami kondisinya.

Oleh karena itu, sering kali mereka dicap sebagai orang yang tidak peka. Ekspresi wajah mereka pun tetap datar meskipun mereka sebenarnya ingin mengungkapkan emosi seperti kesedihan, kegembiraan, atau rasa marah. Maka, kadang sulit juga untuk menangkap perasaan atau memahami maksud orang dengan sindrom Asperger.

Gangguan interaksi sosial

Selain masalah dalam berkomunikasi, orang yang mengidap Asperger juga bermasalah dalam interaksi sosial. Karena mereka kerap merasa berbeda dari orang lain dan kesulitan memahami atau dipahami dalam masyarakat, mereka cenderung menarik diri dari pergaulan. Ketika masih kanak-kanak, mereka sering mendapat teguran karena berlaku tidak sopan. Padahal, mereka tak bermaksud untuk menyinggung orang lain. Mereka hanya kesulitan untuk memahami norma sosial atau common sense yang biasanya tidak bisa dijelaskan dengan nalar.

Akibatnya, orang yang mengidap sindrom ini susah membangun relasi yang stabil dengan orang lain, meskipun bukan berarti mustahil. Kadang orang lain merasa tidak sabar atau tersinggung dengan kejujuran dan cara pikir pengidap Asperger yang terlalu ilmiah atau logis.

Rutinitas yang repetitif

Layaknya orang-orang dalam spektrum autisme, pengidap Asperger juga tidak menyukai kejutan atau hal-hal yang tak bisa diprediksi. Oleh sebab itu, biasanya orang dengan sindrom Asperger memiliki rutinitas yang sudah pasti dan tidak bisa diubah-ubah. Misalnya, setiap hari mereka akan sarapan dengan menu dan takaran yang persis sama. Untuk urusan berpakaian, mereka juga memiliki jadwal kapan harus memakai baju tertentu. Berangkat ke sekolah dan kantor pun harus melewati rute yang sama setiap hari. Jika ada perubahan tak terduga dalam jadwal harian seorang pengidap Asperger, ia akan langsung cemas, gelisah, dan panik.

Ketertarikan yang sangat intens terhadap hal tertentu

Orang yang mengidap sindrom Asperger biasanya memiliki ketertarikan dan hobi yang begitu digelutinya. Misalnya hobi mengoleksi dan merawat berbagai jenis miniatur mobil. Pengidap Asperger tak hanya senang mengumpulkan miniatur mobil tersebut, tapi menjadikan miniatur-miniaturnya sebagai passion. Ia hafal segala jenis spesifikasinya dan tahu banyak sekali fakta-fakta soal mobil. Ada juga yang hobi membongkar dan mengotak-atik alat-alat elektronik atau hobi mengumpulkan dan menghafalkan berbagai seri peta.

 

Sumber :

DALTA OZORA // Sekolah Anak Autis & Special Needs, Alamat : Sidomulyo RT 11/RW 3, Kec.Sawahan, Kab. Madiun II Jl.Mayjend Sungkono No.62 Lantai 2, Madiun // Izin Diknas Kab.Madiun No. 412.9/308/402.107.05/2008

E-mail: ariefHYPERLINK “mailto:ariefbudhisantoso@yahoo.com”budhisantoso@yahoo.com

 

http://autismadiun.blogspot.com

 

 

 

Have your say