TATA LAKSANA PERILAKU BAGI INDIVIDU BERKEBUTUHAN KHUSUS

Pesona Moderato FM Madiun

TATA LAKSANA PERILAKU BAGI INDIVIDU BERKEBUTUHAN KHUSUS

DEFINISI

Suatu metode untuk membangun kemampuan yang secara sosial bermanfaat dan mengurangi atau menghilangkan hal-hal yang menjadi kebalikannya yang merupakan masalah.

TUJUAN TATA LAKSANA PERILAKU

  1. Mengajarkan anak bagaimana belajar dari lingkungan yang “normal” atau “adaptif”
  2. Membaiasakan anak berespon secara adaptif terhadap rangsangan dari lingkungan
  3. Mengajarkan perilaku yang sesuai dari berbagai situasai dan stimulasi yang ada

TATA LAKSANA PERILAKU MEMPELAJARI

  1. Reaksi Individu terhadap rangsang
  2. Konsekuensi yang terjadi sebagai reaksi spesifik tersebut
  3. Konsekuensi mempengaruhi kejadian yang akan datang

METODE PENGAJARAN

  1. KAUFMAN : FLIP-FLOP THE ROLE (Membalikkan peranan)
  2. IVAR LOVAAS : KEPATUHAN ATAU COMPLIANCE)

Intinya : pemecahan tugas menjadi rangkaian langkah secara runtun, dimana setiap langkah, menjadi dasar bagi langkah selanjutnya.

METODE LOVAAS

Berdasarkan behaviour modification/discreate trial training, menggunakan urutan ABC

  1. Antecedent (Pra Kejadian) – Pemberian Instruksi
  2. Behaviour (Perilaku) – Respon dari anak
  3. Consequence (akibat) – Reinforcement atau feed back negatif

BEBERAPA PERILAKU YANG MUNCUL SAAT PROSES PEMBELAJARAN

  1. Tantrum : menjerit, menangis, mengamuk
  2. Stimulasi diri : hand flapping, spinning, rocking
  3. Self abuse : memukul, mengigit, mencakar diri sendiri
  4. Agresif : menendang, memukul, mengigit orang lain
  5. Non verbal : sedikit bicara/suara, babbling, membeo
  6. Bermain memutar roda mobil
  7. Menjerit, tertawa, tidak sesuai dengan konteks,

METODE TATA-LAKSANA PERILAKU

Dari respon sederhana, seperti kontak mata sampai dengan respon yang kompleks. Seperti interaksi sosial dan diajarkan secara sistematik. Dalam pengajarannya, harus melakukan sesuatu secara

  1. Terukur       : dapat dinilai
  2. Terstruktur : cara pengajarannya dilakukan secara berjenjang.

Pada proses pembelajaran perintah yang diberikan harus jelas, singkat dan konsisten.

Teknik tata-laksana perilaku

Instruksi I                        BISA               diberikan imbalan

Tidak bisa      ‘tidak”

Instruksi II                       BISA               diberikan imbalan

TIDAK BISA  “tidak”

Instruksi III           langsung diberikan bantuan dan hadiah

Sistem belajar one on one

Satu guru, satu murid satu ruangan, setelah anak mampu, baru dikelompokkan ke dalam 3-5 anak.

PROGRAM PEMBELAJARAN INDIVIDUAL (PPI)

Merupakan sekumpulan instruksi yang diberikan ke anak secara bertahap, terstrukur dan dapat dievaluasi serta di generalisasi. Program ini meliputi aspek kemampuan siap diri, kemampuan meniru, identifikasi, kemampuan pre-akademik dan kemampuan menyebutkan atau melabel benda.

Pada tahap awal, anak hanya akan diperkenalkan pada kemampuan siap diri, yang mungkin memerlukan waktu yang agak lama sampai anak memahami. Dalam satu session terapi yang memakan waktu kurang lebih satu/dua jam, biasanya akan muncul penolakan dari anak berkisar 30-40 menit, anak akan menjerit, menangis dan marah (bahkan sampai ada yang  buang air kecil, muntah), karena tidak mau/suka terhadap orang dan lingkungan yang baru. Hal awal yang dilakukan adalah membiarkan anak melakukan apa yang disukainya, seperti bermain, makan, minum atau bahkan duduk di pangkuan orang tuanya.

Materi secara perlahan kita berikan, dengan menggunakan media yang disukai, seperti makanan atau mainan. Kata “lihat” adalah kata pertama yang “diperkenalkan” ke anak. kita tunggu respon anak sekitar 2-3 detik, bila tidak ada respon, maka kita ulangi “lihat”. Setelah dua kali instruksi dan tidak ada respon, maka pada instruksi yang ke tiga, langsung dibantu dengan memegang dan mengarahkan wajah anak ke arah kita, dengan posisi yang sejajar.

Pemberian instruksi tidak harus dalam posisi duduk di kursi, bisa saja dalam posisi duduk di lantai, sambil bermain, tiduran dll.

Selanjutnya anak diberikan instruksi untuk duduk di kursi, dengan tetap menggunakan rewards atau benda yang disukainya. Target untuk duduk di kursi tidak perlu terlalu lama, sekitar 3-4 detik, setelah itu kita biarkan anak untuk bermain atau melakukan hal yang disukainya. Materi selanjutnya yang diberikan pada session yang sama, adalah kemampuan meniru, dengan instruksi “tirukan”, dimana anak meniru gerakan yang kita lakukan, seperti gerakan tepuk tangan, tangan ke atas, tangan ke samping, tepuk meja dll. bisa juga dengan gerakan motorik menggunakan benda, seperti memasukkan benda ke dalam kotak. Ketiga hal tersebut diatas, merupakan dasar dari Program Pembelajaran Individu, dimana tiap individu berkebutuhan khusus harus menguasainya terlebih dahulu, sebelum berlanjut pada program berikutnya.

Kemampuan verbal pada individu berkebutuhan khusus, memang mayoritas bermasalah, baik dari sisi artikulasi, volume suara, kata yang kurang lengkap atau bahkan belum muncul verbal atau suaranya. Tahap awal tidak langsung mengajarkan meniru suara, namun meniru gerakn oral lebih dahulu, seperti membuka tutup mulut, meniup atau meniru huruf vokal, “a”, “i”, “u”, ‘e”, “o” dst. Setelah mampu, baru dilanjutkan dengan meniru gabungan suku kata seperti baba, bibi, bubu, bebe, bobo, caca, cici, cucu dst.

Sedangkan untuk kemampuan bahasa reseptif, bisa dilatih dengan memberikan beberapa instruksi atau perintah sederhana, seperti “kesini”, “salim”, “duduk”, “berikan”, “letakkan”, “buang ke….” dll.

Have your say