Terapi Sensory Integrasi dan Floor Time

Pesona Moderato FM Madiun

Terapi Sensory Integrasi dan Floor Time

  1. Terapi Sensory Integrasi dan Floor Tim

Terapi Sensory Integration dan Floor Time diberikan setelah anak diketahui menyandang gangguan semua spektrum autisme. Sedangkan Strategi Visual baru diberikan bila anak sudah benar-benar siap menerima terapi ini. Kesiapan ini akan dinilai oleh terapis, dokter dan psikolog yang menangani anak

Terapi berpadu. Untuk meningkatkan kemampuan anak dalam bersosialisasi dan berkomunikasi, terapi Sensory Integration harus dipadukan dengan metode Floor Time . Apa itu Floor Time ? Secara harafiah, Floor Time adalah bermain di lantai. Metode bermain interaktif yang spontan dan menyenangkan bagi anak ini bertujuan mengembangkan interaksi dan komunikasi si kecil. Floor Time bisa dilakukan oleh orang tua, terapis, kakek-nenek, maupun pengasuh si kecil nantinya

Bagaimana bentuk permainannya? Bisa apa saja sih. Yang penting, permainannya interaktif dan komunikatif. Misalnya, bermain lilin bersama, bermain pura-pura (Anda jadi singa dan anak sebagai mangsa), dan sebagainya. Sebaiknya, metode ini dilakukan 6-10 kali sehari, masing-masing selama 20 -30 menit. Yang penting nih, lawan bermain harus sabar dan santai dalam melaksanakan metode ini. Sebab, Floor Time bertujuan membentuk komunikasi dua arah antara anak dan lawan bicaranya, serta mendorong munculnya ide dan membantu anak mampu berpikir logis. Agar bisa melakukan Floor Time dengan baik, orang tua perlu bimbingan psikolog yang paham dan berpengalaman dengan metode ini.

Lalu apa yang disebut dengan Strategi Visual? Penyandang gangguan spektrum autisme lebih mampu berpikir secara visual. Jadi, ia lebih mudah mengerti apa yang dilihat ketimbang apa yang didengar. Makanya, Strategi Visual dipilih agar anak  lebih mudah memahami berbagai hal yang ingin Anda sampaikan. Biasanya, ia akan diperkenalkan pada berbagai aktivitas keseharian, larangan-aturan, jadwal, dan sebagainya lewat gambar-gambar. Misalnya, gambar urutan dari cara menggosok gigi, mencuci tangan, dan sebagainya.

Dengan Strategi Visual, diharapkan anak bisa memahami situasi, aturan, mengatasi rasa cemas, serta mengantisipasi kondisi yang akan terjadi. Kalau sudah begini, berbagai perilaku yang seringkali menyulitkan, seperti sulit berpindah dari satu aktivitas ke aktivitas lain, sulit memahami urutan suatu aktivitas, rasa marah atau cemas bila tidak tahu apa yang akan dikerjakan atau terjadi, dan sebagainya, bisa diminimalkan. Anak pun akan menunjukkan perilaku yang lebih sesuai dengan lingkungannya.

Perlu kerjasama semua pihak. Biar gangguan spektrum autisme bisa diatasi secara optimal, memang diperlukan kerjasama yang sangat erat antara orang tua, terapis, dokter, psikolog, serta juga guru di sekolah. Ini bila anak  telah bersekolah lho. Guru perlu tahu kalau penanganan anak autisme sangat berbeda dengan anak normal lainnya. Dengan begitu, penanganan anak bisa lebih baik lagi

Dalam kerjasama tim ini, orang tua adalah anggota tim yang memegang peranan yang terbesar. Kenapa? Orang tua adalah orang yang paling dekat dengan anak. Untuk mencapai hasil yang diharapkan, semua ini sangat tergantung pada usaha Anda,

 

Berikut ini beberapa panduan deteksi dini gangguan SI untuk anak usia 0-2 tahun :

Mandi, berpakaian, sentuhan :

  1. Marah / menangis pada saat memakai atau mengganti popok.
  2. Hanya suka pada jenis pakaian tertentu, tidak suka dengan tekstur kain tertentu.
  3. Tidak suka / menangis, ketika mandi, keramas dan muka dibasuh / dibersihkan.
  4. Suka memakai baju lengan panjang meskipun hari panas.
  5. Tidak suka jenis permainan yangamburadul (bermain bedak, tepung, air).
  6. Tidak mudah merasa sakit, ketika jatuh, terantuk atau tidak menangis ketika disuntik.

Gerakan (movement):

  1. Pada tahap perkembangan motorik, anak tidak melalui tahapan merangkak atau tahap merangkaknya pendek.
  2. Tidak bisa diam: banyak gerak, lari-lari, lompat-lompat, berayun.
  3. Tidak suka / menangis, ketika diayun.
  4. Mudah jatuh, kikuk, keseimbangan tubuh kurang bagus, mudah jatuh, sering menabrak benda (setelah usia 1 tahun).
  5. Takut atau ragu-ragu bergerak di permukaan yang tidak rata atau takut bergerak pada permukaan yang tidak sama (misalnya dari lantai keramik ke karpet).

Pendengaran, Bahasa dan Suara :

  1. Tidak suka / menghindar dari bunyi-bunyian tertentu (musik, vacuum cleaner, hair dryer, flushing toilet).
  2. Organ pendengaran normal tapi ketika dipanggil namanya, anak tidak merespon / menoleh.
  3. Tidak ada/ sedikit fase mengoceh (babbling).
  4. Sangat mudah terganggu / beralih perhatian pada suara tertentu (suara iklan TV).
  5. Sensitif pada sinar terang (kilat foto, matahari).
  6. Menghindari kontak mata.
  7. Sulit untuk memusatkan perhatian pada satu benda/permainan.
  8. Takut atau sebaliknya sangat suka pada pola-pola tertentu.

 

Kemampuan bermain:

  1. Tidak bisa melakukan permainan meniru (usia lebih dari 10 bulan).
  2. Tidak bisa diam, bergerakterus dan tidak dapat melakukan permainan yang bermakna (lebih dari 15 bulan).
  3. Sering merusak barang (melempar, membanting.
  4. Asyik dengan satu permainan dan dilakukan berulang-ulang.

Emotional attachment :

  1. Lebih suka bermain dengan benda / mainan daripada dengan orang.
  2. Tidak ada komunikasi dua arah (hubungan timbal balik antara antara anak dengan orang tua / pengasuh).
  3. Menyakiti diri sendiri dan orang lain (membenturkan kepala, memukul, menggigit, menjambak).
  4. Tidak mencari kedekatan dengan orangtua atau pengasuh.
  5. Semua orang yang berada di sekitar anak, sering kali tidak tahu keinginan anak.

Perhatian (attention):

  • Mudah beralih perhatian, sulit untuk fokus pada satu kegiatan / permainan.
  • Terlalu fokus pada satu kegiatan / permainan (acara TV, iklan TV, roda berputar, dan lainnya).

Pola tidur dan makan:

  • Sulit untuk memulai tidur. Perlu cara khusus untuk menidurkan anak, misalnya harus diayun-ayun, naik mobil, digendong sambil berjalan.
  • Mengalami kesulitan dalam menyedot, mengu-nyah, dan menelan makanan.
  • Tidak dapat menahan air liur atau ngiler yang terlalu berlebihan.
  • Hanya suka pada jenis makanan tertentu, tidak mau mencoba makanan baru.

Source :

D A L T A    O Z O R A

SEKOLAH ANAK AUTIS & SPECIAL NEEDS

SIDOMULYO RT 11/RW 3, KEC. SAWAHAN, KAB. MADIUN   0819615210

MAYJEND. SUNGKONO NO 62 LANTAI 2, MADIUN

Izin Diknas Kab. Madiun No. 412.9/308/402.107.05/2008

http://autismadiun.blogspot.com        E-mail: ariefbudhisantoso@yahoo.com

  

Have your say