Down Syndrome Dan Gangguan Bicara

Pesona Moderato FM Madiun

Down Syndrome Dan Gangguan Bicara

Manusia sebagai mahluk sosial memerlukan bahasa sebagai komunkasi pendukung dalam setiap interaksi terhadap sesama, down sindrom merupakan kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental yang diakibatkan adanya kegagalan pada sepasang kromoson 21 (trisomi 21). Maka dapat dirumuskan bagaimanakah bentuk gangguan berbahasa verbal penyandang down sindrom pada tatanan fonologi, kemudian penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan seorang anak lahir dengan cacat kromosom seperti down sindrom, yang dijadikan sebagai objek penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak, cakap semuka, teknik catat dan teknik rekam pada penyandang down sindrom dan orang Tuanya. Peneliti juga mengamati secara langsung bentuk gangguan berbahasa pada penyandang down sindrom yang di jadikan sampel penelitian sehingga ditemukan bentuk gangguan berbahasa pada penyandang down sindrom sehingga Penelitian disajikan secara deskriptif kualitatif dengan menjabarkan faktor penyebab terjadinya down sindrom seperti umur ibu.

Upaya apa saja yang dilakukan orang tua terhadap penyandang down sindrom. Dalam pembahasan di gambarkan bentuk gangguan berbahasa dan keterlambatan berbicara pada penyandang down sindrom, (idi)= kidi yang bisa berarti berdiri, (inga)= lingga yang berarti bantal, (Ffiko)= Fiko yang berarti telinga. Demikian gangguan berbahasa saat melakukan komunikasi pada objek penelitian yang terputus-putus. Hal ini disebabkan lidahnya yang pendek dan tidak menyentuh langit-langait mulut sehingga pelafalan kosa katanya tidak begitu jelas. Penyebab lain pelafalannya terdengar bindeng karena gangguan artikulasi antara mulut dan rongga hidung. Kata kunci: Gangguan Berbahasa, Penyandang Down Sindrom dan Fonogi.

Sebagian orang tua kadang belum terbuka ketika memiliki anak dengan down syndrome. Mereka biasanya lebih memilih untuk membiarkan sang buah hati diam di rumah tanpa berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Padahal, kondisi itu berdampak buruk terhadap kondisi sang anak.

Psikolog RSUD Sidoarjo Elok Kartika Sari MPsi mengatakan, down syndrome adalah kelainan genetik yang terjadi ketika bayi yang dikandung memiliki tambahan kromosom 21. Hal itu dapat berpengaruh pada fisik, kognitif, dan psikososial sang anak. Akhirnya terjadi keterlambatan dalam tumbuh kembang sang anak, Anak dengan kelainan down syndrome bisa terdeteksi sejak di dalam kandungan. Bahkan, ciri-ciri fisik juga terlihat sejak bayi. Di antaranya, jarak kedua mata lebar, hidung pesek, telinga kecil, kepala kecil, jari-jari pendek, dan cara bicara yang tidak lancar. ’’Seperti orang mongoloid. Bayi lahir down syndrome sudah bisa terlihat. Namun, tidak banyak orang tua yang paham tentang ciri-ciri tersebut. Biasanya mereka menganggap bayi yang lahir demikian itu normal saja. Padahal, secara fisik sudah sangat mudah diketahui ciri-ciri kelainan down syndrome.

Mereka (orang tua) baru sadar ketika anak sudah sedikit besar karena telah mengalami keterlambatan tumbuh kembang, pengetahuan orang tua terhadap down syndrome sangat penting. Sebab, ketika diketahui sejak lahir, orang tua bisa segera melakukan intervensi sejak dini. Salah satunya dengan melaksanakan terapi motorik halus, kasar, perilaku, dan perkembangan bahasa, jadi, dapat dilatih sejak awal agar tidak terlambat.

 

Sumber:

D A L T A    O Z O R A

SEKOLAH ANAK AUTIS & SPECIAL NEEDS

SIDOMULYO RT 11/RW 3, KEC. SAWAHAN, KAB. MADIUN

 

Have your say