MUNCULNYA EMOSI NEGATIF KARENA GANGGUAN KOMUNIKASI
Istilah komunikasi sering diartikan sebagai kemampuan bicara, padahal komunikasi lebih luas dibandingkan dengan bahasa dan bicara. Oleh karena itu agar komunikasi tidak diartikan secara sempit, perlu kiranya dijelaskan tentang pengertian komunikasi.
Komunikasi secara terminoligis berarti penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang pada orang lain sebagai konsekuensi dari hubungan sosial (Sunardi dan Sunaryo, 2006:174). Pengertian komunikasi disini lebih menekankan komunikasi sebagai alat hubungan sosial sebagai konsekuensi dari manusia sebagai makhluk sosial. Sehingga untuk menjalankan perannya sebagai makhluk sosial manusia harus berkomunikasi.
Untuk melakukan komunikasi ternyata dibutuhkan alat. Alat utama dalam komunikasi adalah bahasa (Jordan dan Powell, 2002:51). Berarti komunikasi itu melibatkan bahasa verbal maupun non verbal, mencakup lisan, tulisan, bahasa isyarat, bahasa tubuh, dan ekspresi wajah.
Dari pengertian komunikasi di atas ada tiga hal penting yang berkaitan dengan komunikasi, pertama, komunikasi harus melibatkan dua orang atau lebih, kedua, komunikasi merupakan pertukaran informasi yang bersifat dua arah, dan ketiga, mengandung pemahaman. Sebuah pengumunan yang dipasang di papan pengumuman bukan merupakan komunikasi. Tapi kalau pengumuman itu talh dibaca, dimengerti, dan ditanggapi, maka pengumuman itu bisa disebut komunikasi. Komunikasi dikatakan efektif hanya jika suatu gagasan dapat berpindah dari pemikian seseorang ke pemikiran orang lain (Moore, 1987:79).
Akibat kesulitan komunikasi akan menimbulkan
Menurut buku All About Kesehatan Anak (2014), berikut ini beberapa gangguan perilaku yang sering muncul pada anak.
Marah yang tak terkendali. Kemarahan anak itu wajar, namun juga marahnya sering kali tak terkendali dan membanting semua mainannya maka sebaiknya orangtua perlu mengajak anak ke tempat yang sepi, memeluk dengan sayang, atau membiarkan sampai marahnya reda. Untuk anak yang lebih besar bisa diberikan nasihat betapa tak pantas dan menakutkan apabila ia marah tak terkendali seperti itu.
Anak tak suka berbagi. Anak-anak yang tak suka berbagi perlu diberikan contoh oleh orangtua bahwa berbagi itu membahagiakan. Mengajak anak ke panti asuhan, membagi sedekah di jalanan, dan memberi oleh-oleh kepada tetangga saat pulang bepergian akan membuka mata si anak bahwa orangtuanya juga berbagi kepada orang lain dan bisa berbahagia karenanya.
Suka mengisap jempol, empeng, dan menggigiti kuku sepanjang waktu. Anak-anak yang suka mengisap jempol, menggigiti kuku, dan mengulum empeng sepanjang waktu biasanya memiliki kekhawatiran terhadap kedekatan dengan orang lain. Orangtua perlu meluangkan waktu untuk bermain dan berbincang dengan si anak sehingga mereka merasa aman dan diterima. Perilaku mengisap jempol dan semacamnya akan hilang saat anak merasa telah menemukan kepercayaan dirinya dan tidak ada kekhawatiran akan kasih sayang orangtua.
Suka merusak, mengganggu, dan membantah. Jika anak suka merusak, mengganggu teman-temannya, dan berkecenderungan merusak maka orangtua perlu meluangkan waktu untuk memahami mengapa ia bertindak demikiam. Jika karena si anak merasa kurang diperhatikan maka limpahkan perhatian dan katakan bahwa Anda sayang padanya tanpa dia harus berperilaku merusak semacam itu. jangan segan memegang tangannya dan membawanya ke tempat lain jika si anak sudah melakukan kerusakan atau mengganggu teman di depan Anda.
Sedangkan gangguan komunikasi yang kedua yang disebabkan oleh kelainan artikulasi atau pengucapan kata terbagi menjadi empat jenis yakni subtitusi, omisi, distorsi dan adisi. Jenis gangguan substitusi merupakan gangguan artikulasi dengan adanya penggantian huruf pada kata yang diucapkan yang tidak dapat diterima lingkungan. Misalnya kasus pada seorang dengan lidah cedal atau celat sehingga mengucapkan kata “rumah” menjadi “lumah”. Pada kasus tersebut, orang cedal mengganti hurup “r” dengan huruf “l” karena tidak mampu mengucapkan huruf “r”. Sedangkan gangguan artikulasi omisi, merupakan gangguan artikulasi dimana seseorang menghilangkan huruf pada suatu kata. “Misalnya kata “kaki” menjadi “ai” karena konsonan “k” tidak dapat diucapkan. Biasanya hal ini terjadi pada anak dengan kasus down syndrom atau mental retardasi di mana IQ-nya di bawah rata-rata
PERTAMA, TERLAMBAT BICARA KARENA GANGGUAN BERBAHASA EKSKLUSIF
Ini sebenarnya termasuk dalam kategori gangguan yang normal. Anak yang berusia dibawah 3 tahun mengalami kemauan untuk mengekspresikan bahasa lisannya. Karena hal itu adalah wajar maka Dr. Gitayanti menyatakan bahwa gangguan tersebut tidaklah termasuk dalam disabilitas mental atau retardasi mental, autisme, tulis atau epilepsi.
TERLAMBAT BICARA KARENA GANGGUAN BERBAHASA RESEPTIF
Bentuk gangguan pada anak lainnya adalah karena adanya gangguan berbahasa reseptif. Biasanya kondisi ini terjadi pada anak yang berusia 2 tahun yang mengalami gangguan bahasa ekspresif dan artikulasi yang cedal. Jika hal ini terjadi maka orangtua dapat mengunjungi dokter untuk mengkonsultasikan dilakukannya
TERLAMBAT BICARA BISA JUGA DISEBABKAN OLEH DISABILITAS INTELEKTUAL
Penyebab gangguan bicara yang lainnya adalah akibat disabilitas intelektual. Anak dengan gangguan yang satu ini biasanya memiliki IQ dibawah rata-rata, yaitu antara 71–90. IQ-nya yang dibawah rata-rata pun menyebabkan kemampuan belajarnya jadi lambat.
Sumber :
DALTA OZORA // Sekolah Anak Autis & Special Needs, Alamat : Sidomulyo RT 11/RW 3, Kec.Sawahan, Kab. Madiun II Jl.Mayjend Sungkono No.62 Lantai 2, Madiun // Izin Diknas Kab.Madiun No. 412.9/308/402.107.05/2008
http://autismadiun.blogspot.com