Desa Pantai Bahagia yang Menderita

Pesona Moderato FM Madiun

Desa Pantai Bahagia yang Menderita

Sedih rasanya ketika nama Desa Pantai Bahagia namun kenyataannya malah sebaliknya. Keadaan dimana puluhan rumah di Kampung Beting, Desa Pantai Bahagia, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, tak lagi berpenghuni dan nyaris tenggelam. Rumah-rumah itu dibiarkan kosong setelah cukup lama ditinggal pemiliknya. Mereka memilih hijrah sejak abrasi menghantui pemukiman warga.

Di sekitar rumah-rumah tak bertuan, terlihat pucuk-pucuk nisan sebagai penanda bahwa tempat tersebut dulunya pemakaman. Kuburan itu bersebelahan dengan sebuah masjid yang pelatarannya tak pernah kering dan selalu becek serta berlumut. Warga masih mempergunakan masjid itu untuk beribadah.

Pada saat itu kami bertemu dengan Aca Sigianto dari Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). Dia menceritakan, tak terhitung banyaknya warga yang pergi dari kampung itu karena tak tahan selalu kebanjiran. Mereka tak bisa bebuat banyak dan terpaksa membiarkan rumah hancur termakan abrasi.

Ada empat RT di Kampung Beting yang terkena dampak abrasi.Sebagian besar warga Kampung Beting berprofesi sebagai nelayan. Namun pendapatan mereka tidak menentu. Hasil tangkapan mereka juga dijual tidak jauh dari Teluk Jakarta. Meski tinggal di Desa Pantai Bahagia, warga di sana justru menderita. Penyebabnya, abrasi dan air rob yang selalu menggenangi rumah mereka. Tidak heran jika banyak warga yang memilih meninggalkan Desa Pantai Bahagia.Alpiah sudah 36 tahun tinggal Kampung Beting, Desa Pantai Bahagia. Sudah lama dia ingin pindah dari kampung yang membesarkannya. Tetapi ada beberapa hal yang jadi pertimbangan. Mulai dari rumah peninggalan orang tuanya, hingga anaknya yang masih sekolah di kampung tersebut.

Untuk bertahan hidup, dia menabung dengan pendapatan yang dihasilkan dari menjual dodol, sirup berbahan dasar mangrove dan penghasilan suaminya sebagai buruh pabrik di Cikarang, Jawa Barat. Namun Alpiah sudah berpikir jauh. Dia punya rencana pindah ke Tangerang. Pilihan terakhirnya, bekerja sebagai tenaga kerja wanita (TKW) di Arab Saudi.

Bukan hanya Alpiah, Siti Suabah juga sejak kecil tinggal di Kampung. Perempuan yang berprofesi sebagai guru di Madrasah Ibtidayah Masyaul Huda ini juga tak ingin berlama-lama menetap di kampung yang tak pernah kering. Suabah dan keluarganya sudah mencari tempat tinggal baru yang lebih layak untuk dihuni. Mungkinkah berhijrah ke tempat lain adalah pilihan terbaik ? Ataukah pemerintah akan bertindak ? Semoga Desa Pantai Bahagia nantinya akan bahagia seperti namanya. Oleh : Intan Umbari Prihatin

 

Sumber : www.merdeka.com

Have your say