PERILAKU INATENSI DAN IMPULSIVE PADA ANAK

Pesona Moderato FM Madiun

PERILAKU INATENSI DAN IMPULSIVE PADA ANAK

Gejala utama ADHD adalah sulit memusatkan perhatian, serta berperilaku impulsif dan hiperaktif. Penderita tidak bisa diam dan selalu ingin bergerak.

Gejala ADHD umumnya muncul pada anak-anak sebelum usia 12 tahun. Namun pada banyak kasus, gejala ADHD sudah dapat terlihat sejak anak berusia 3 tahun. ADHD yang terjadi pada anak-anak dapat terbawa hingga dewasa.

Penyebab dan Faktor Risiko ADHD

Penyebab ADHD belum diketahui secara pasti. Namun, sejumlah penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko anak terkena ADHD. Faktor risiko ini meliputi faktor genetik dan lingkungan. ADHD juga diduga berkaitan dengan gangguan pada pola aliran listrik otak atau gelombang otak.

Langkah Penanganan ADHD

Penanganan ADHD dapat berupa pemberian obat-obatan dan psikoterapi. Selain penderita, orang tua, keluarga, pengasuh, dan guru di sekolah juga perlu mendapatkan bimbingan untuk menghadapi anak dengan ADHD. Walaupun ADHD tidak bisa disembuhkan sepenuhnya, pengobatan yang diberikan dapat “meredakan” gelaja ADHD dan membuat penderitanya untuk menjalani hidup dengan “normal”

Jenis atau macam ADHD :

  • inattentive (kesulitan fokus, mengikuti petunjuk, dan menyelesaikan tugas)
  • hiperaktif-impulsif (terus-menerus bergerak, berbicara berlebihan, dan mengganggu orang lain)
  • gabungan (gejala dari keduanya, kurangnya perhatian/lalai dan hiperaktif-impulsif)

Hingga tahun 2013, merujuk pada DSM-5, terdapat 3 sub-tipe ADHD yaitu: ADHD dengan faktor dominan kurangnya perhatian, ADHD dengan faktor dominan hiperaktif-impulsif dan ADHD gabungan, dimana setiap orang memiliki profil otak yang unik.

Dalam hal ini, meskipun telah dibagi dalam 3 golongan, penelitian membuktikan bahwa tidak ada dua orang penyandang ADHD yang persis samaDan setiap penyandang ADHD memiliki pengalaman yang berbeda tentang ADHDnya.

Akhirnya Daniel Amen, menyampaikan pendapatnya bahwa ADHD terbagi atas 7 golongan. Dimana golongan tersebut adalah:

  1. Classic ADD

Gejala:

Kurang mampu memperhatikan,  mudah terdistraksi, hiperaktif, tidak terorganisir dan impulsif. Aktivitas otak normal saat istirahat; penurunan aktivitas otak ketika anak mendapat tugas yang membutuhkan konsentrasinya.

Pengobatan:

Obat-obatan stimulan, seperti Ritalin, Adderall, Vyvance atau Concerta, atau suplemen merangsang, seperti rhodiola, teh hijau, ginseng, serta asam amino L-tirosin, yang merupakan blok bangunan dopamin; aktivitas fisik ekstra; minyak ikan yang lebih tinggi di EPA daripada di DHA.

  1. Inattentive ADD

Gejala:

Rentang perhatian yang pendek, mudah terdistraksi, tidak terorganisir , senang menunda-nunda, sering melamun dan introvert,  tidak ditemui perilaku hiperaktif atau impulsif. Lebih banyak dijumpai pada penyandang ADHD wanita dibandingkan dengan  dari anak laki-laki.

  1. Over-Focused ADD

Gejala:

Gejala jadi jenis ADHD ini, sama dengan gejala yang dijumpai pada  Classic ADD ditambah dengan ada masalah dalam kemampuan bertahan dari pengalihan perhatian, dengan cepat berpindah dari konsentrasi pada satu tugas tertentu ke tugas-tugas yang lain dan seringkali terjebak dalam pola perilaku ataupun pemikiran negatif.

 

Apa Penyebab ADHD?

Para ahli menyatakan bahwa ADHD TIDAK disebabkan oleh pengasuhan yang buruk, jatuh atau cedera pada kepala, peristiwa kehidupan yang traumatis, gangguan digital, permainan video dan televisi, kurangnya aktivitas fisik, aditif makanan, alergi makanan, atau gula berlebih. ADHD sebagaimana telah disebutkan dalam artikel sebelumnya, disebabkan oleh perbedaan kimia, struktural, dan konektifitas di otak, dan ADHD dinyatakan sebagian besar sebagai akibat dari genetika.

Mendiagnosis ADHD

Mendiagnosis ADHD perlu bekerja sama dengan psikiater, psikolog, atau psikoterapis yang mengkhususkan diri dalam ADHD.  Karena proses diagnosa yang cukup rumit dan perlu pengalaman dari ahli yang mendiagnosanya.Diagnosis ADHD dilakukan melalui kerja sama berbagai pihak, yaitu dokter anak, psikiater anak, orang tua, dan pihak sekolah. Proses diagnosis melibatkan wawancara, baik dengan anak, orang tua, maupun guru.

Selain itu, dokter anak juga akan melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang untuk mencari penyebab lain yang dapat menimbulkan gejala yang mirip dengan ADHD.

 

Diagnosis ADHD dilakukan melalui proses sbb:

  1. Prosedur wawancara: bertujuan untuk mendapatkan informasi lengkap melalui observasi yang dilakukan oleh pihak ke tiga. Dimana keahlian untuk memilah perilaku (ditelusuri hingga 6 bulan sebelumnya) yang merujuk pada gejala sangat dibutuhkan.
  2. Tes neuropsikologi dan psikoedukasi yang dilakukan dapat memiliki banyak manfaat, (meskipun tidak selalu diperlukan untuk rujukan diagnosis). Hasil Tes neuropsikologi dapat digunakan sebagai rujukan untuk meningkatkan kemampuan hidup penyandang ADHD setelah didiagnosis.
    Terutama dalam proses mencapai standar pencapaian akademik, standar berinteraksi sosial/ bermasyarakat, dan sebagai sarana keberhasilan di tempat kerja..

 

Sumber :

DALTA OZORA // SEKOLAH ANAK AUTIS & SPECIAL NEEDS //

Alamat : SIDOMULYO RT 11/RW 3, KEC. SAWAHAN, KAB. MADIUN, HP :  0819615210 // MAYJEND. SUNGKONO NO 62 LANTAI 2, MADIUN // Izin Diknas Kab. Madiun No. 412.9/308/402.107.05/2008 // E-mail: ariefbudhisantoso@yahoo.com

http://autismadiun.blogspot.com

Have your say