Remaja China menyimpan Cacing Dalam Otaknya

Pesona Moderato FM Madiun

Remaja China menyimpan Cacing Dalam Otaknya

Waspada sakit kepala yang sering menyerangmu.  Seperti halnya Wen Xiaoli, seorang remaja pria China mengalami hal mengerikan karena migrainnya. Karena sering migrain, dia meminta saran pada dokter di Changsa, Ibukota Provinsi Hunan, China Tengah.

Hasil scan otaknya menunjukkan adanya cacing sepanjang 11 cm bersarang di otaknya. Tidak hanya hidup dan tumbuh di otak, cacing itu juga menginfeksi dan mematikan sel otak. Cacing yang masih dalam keadaan hidup itu diketahui telah bersarang di otak Wen selama dua tahun.

Dia yakin terkena infeksi larva Spirometra erinaceieuropaei. Larva cacing tersebut masuk ke tubuh Wen melalui tangannya yang terluka saat ia menguliti katak untuk bahan makanan.

“Cacing itu hidup dan bergerak di dalam otak. Kami harus mengeluarkannya tanpa merusak tubuh cacing atau ia akan terus hidup di dalam otak,” kata dokter ahli bedah saraf, Yang Zhiquan dikutip dari Metro.

“Infeksi parasit sangat jarang terjadi, tapi larva bisa bergerak di seluruh tubuh dan sekali ia berada di otak, ia akan mematikan sel otak.”

Dokter Yang mengatakan, ia harus membuka tengkorak Wen sehingga cacing yang masih hidup itu bisa dikeluarkan. Operasi, menurut dokter Yang, tidaklah mudah dan berisiko.

“Kami harus mengangkat cacing itu secara utuh, tidak bisa mengambil risiko memotong tubuhnya (cacing) atau bagian lainnya akan bertahan di dalam otak,” ucapnya.

Selain itu, pada saat bersamaan racun yang dikeluarkan cacing bisa berbahaya untuk otak. Kalau ini terjadi maka otak akan mengalami kerusakan saraf dan hilangnya sel otak.

Dokter Yang menambahkan,jika sparganosis atau infeksi tahap dua terjadi maka orang akan mengalami epilepsi, kelumpuhan, hilang ingatan dan kemampuan berbicara.

Setelah melalui operasi panjang dan sulit, operasi tersebut akhirnya berhasil. Cacing sepanjang 11 cm tersebut berhasil dikeluarkan dengan utuh. Kini, Wen, remaja 19 tahun itu sedang menjalani masa pemulihan.

 

Sumber: CNN Indonesia

Have your say